Minggu, 25 Juni 2017

Mendesain Lingkungan Fisik Kelas (Resume 3)

Kita kadang memikirkan tentang manajemen kelas yang efektif, guru yang tidak berpengalaman terkadang telah mengabaikan lingkungan fisik. Desain lingkungan fisik kelas adalah lebih dari sekedar penataan barang-barang di kelas.

Prinsip Penataan Kelas
Terdapat emapat prinsip dasar yabng dapat dipakai untuk menata kelas (Evertson, Emmer & Worsham,2003):


  1. Kurangi kepadatan kelas. Gangguan dapat terjadi di daerah yang sering dilewati.
  2. Pastikan bahwa anda dapat dengan mudah melihat semua murid. Tugas manajemen yang penting adalah memonitori murid secara cermat.
  3. Materi pengajaran dan pelengkapan murid harus mudah diakses. Akan meminimalkan waktu persiapan dan perapian dan mengurangi kelambatan dan gangguan aktivitas.
  4. Pastikan murid dapat dengan mudah melihat semua presentasi kelas. Tentukan dimana murid akan berada saat presentasi kelas diadakan.
Gaya Penataan
Dalam memikirkan bagaimana cara anda mengorganisasikan ruang fisik kelas, Anda ahrus bertanya kepada diri sendiri tipe aktivitas pengajaran apa yang akan diterima murid.

Penataan Kelas Standar. Terdapat sejumlah gaya penataan kelas, yaitu auditorium, tatap muak, off-set, seminar dan klaster.
  1. Gaya auditorium. Gaya sususan kelas dimana semua murid duduk menghadap guru.
  2. Gaya tatap muka. Gaya susunan kelas dimana semua murid saling menghadap.
  3. Gaya off-set. Gaya susunan kelas dimana semua murid duduk di bangku tetapi tidak duduk berhadapan langsung satu sama lain.
  4. Gaya seminar. Gaya susunan kelas dimana semua murid duduk di susunan berbentuk lingkaran atau persegi atau berbentuk U.
  5. Gaya klaster. Gaya susunan kelas dimana semua murid bekerja dalam kelompok kecil.

Susunan meja yang mengelompok akan mendorong interaksi sosial diantara murid. Sebaliknya susunan meja yang berbentuk lajur akan mengurangi interaksi sosial diantara murid  yang mengarahkan perhatian murid kepada guru. Menata meja dalam lajur-lajur dapat bermanfaat bagi murid ketika mereka harus mengerjakan tugas secara sendiri-sendiri dan sedangkan meja yang dikelompokkan akan membantu proses belajar yang kooperatif. Dikelas dimana bangkungan ditata dalam lajur-lajur, guru juga lebih mungkin untuk berinteraksi dengan murid yang duduk di deret depan dan tengah (Adams & Biddle, 1970).

Personalisasi Kelas
Menurut pakar manajemen kelas Carol Weinstein dan Andrew Mignano (1997), kelas sering kali mirip dengan kamar motel yang nyaman, tetapi impersonal, tidak mengungkapkan apa pun tentang orang yang menggunakan ruang tersebut. Anonimitas semacam itu biasanya terjadi dikelas sekolah menengah, diaman enam atau tujuh kelas mengkin menggunakan ruangan selama satu hari. Untuk mempersonalisasikan kelas, pasang foto murid, karya seni, tugas, diagram, tanggal lahir murid (untuk murid SD) dan ekspresi murid lain yang positif. 
Tak satupun kelas yang dideskripsikan akan sama persis dengan kelas anda. Akan tetapi, prinsip dasar yang diapaparkan dapat membantu dalam menciptakan susunan kelas yang optimal untuk pembelajaran.

Berikut ini akan sedikit dijelaskan tentang mengelola aktivitas secara efektif
Mengelola Aktivitas Kelas Secara Efektif
Kounin menyimpulkan bahwa guru yang efektif berbeda dengan guru yang tidak efektif, bukan dalam cara mereka merespon perilaku menyimpan murid, tetapi berbeda dalam cara mereka mengelola aktivitas kelompok secara kompeten. Dibawah ini akan dijelaskan beberapa perbedaan antara menajer kelompok kelas yang efektid dan tidak efektif. Manajer kelas yang ekfektif:
  1. Menunjukkan seberapa jauh mereka "mengikuti". Guru seperti ini akan selalu memonitori murid secara reguler.
  2. Atasi situasi tumpang tindih secara efektif. Kounin mengamati bahwa beberap guru tampaknya berpikir sempit, hanya menangani satu hal dalam satu waktu
  3. Menjaga kelancaran dan kontinuitas pelajaran. Manajer yang efektif akan menjaga aliran pelajaran tetap lancar, mempertahankan minat murid dsan tidakk menjaga murid agar tidak mudah terganggu.
  4. Libatkan murid dalam berbagai aktivitas yang menantang. Kounin juga mengemukakan bahwa manajer kelas yang efektif melibatkan murid dalam berbagai tantangan tetapi bukan pula aktivitas yang sulit. Murid sering bekerja secar independen ketimbang diawasi oleh guru.

Sekian dulu yang dapat saya sampaikan semoga bermanfaat ☺

Kamis, 22 Juni 2017

Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus (Resume 2)


Siapakah anak yang menderita ketidakmampuan itu????

     Kurang lebih 11% anak dari usia 6 sampai 17 tahun di Amerika Serikat mendapatkan pendidikan atau pelayanan yang khusus.
Istilah dari ketidakmampuan (disability) dan cacat (handicap) dapat dipakai bersama-sama, namun kini kedua istilah tersebut telah di bedakan. Disability adalah keterbatasan fungsi yang membatasi kemampuan seseorang, sedangkan handicap adalah kondisi yang dinisbahkan pada seseorang yang menderita ketidakmampuan. Kondisi tersebut boleh jadi disebabkan oleh masyarakat, lingkungan fisik atau sikap orang itu sendiri (Lewis, 2002).
     Para pendidik lebih sering menggunakan istilah "children with disabilities" (anak yang menderita gangguan atau ketidakmampuan) daripada "disabled children" (anak cacat). Tujuannya adalah memberikan penekanan pada anaknya, bukan pada cacat atau ketidakmampuannya. Anak-anak yang menderita ketidakmampuan juga tidak lagi disebut sebagai "handicapped" (penyandang cacat), walaupun istilah handicapping condition masih digunakan untuk menggambarkan atau mendeskripsikan hambatan belajar dan hambatan fungsi dari seseorang yang mengalami ketidakmampuan.
      Kita dapat mengelompokkan ketidakmampuan dan gangguan (disorder) tersebut sebagai berikut:
  • Gangguan organ indera (sensory)
  • Gangguan fisik
  • Retardasi mental
  • Gangguan bicara dan bahasa
  • Gangguan belajar (learning disorder)
Gangguan Indera: Mencakup gangguan atau kerusakan penglihatan dan pendengaran
  • Gangguan Penglihatan: Jika kita melihat anak murid yang sering memicingkan matanya, membaca buku dengan jarak yang terlalu dekat, sering mengucek-ucek matanya dan sering mengeluh karena pandangannya kabur atau suram, maka dari itu dapat kita beri tahu untuk segera memeriksa matanya. Kebanyakan dari mereka diminta untuk memakai kacamata. Ada beberapa anak murid yaitu sekita 1 dari 1000 anak murid menderita gangguan visual yang serius dan dikategorikan penglihatannya rusak. Ini termasuk murid yang menderita low vision dan murid buta. Anak-anak yang menderita low vision mempunyai jarak pandang antara 20/70 dan 20/200 (pada skala Snellen dimana angka normalnya adalah 20/20) apabila dibantu oleh lensa korektif. Anak yang low vision dapat membaca buku dengan huruf yang besar-besar atau dengan bantuan kaca pembesar. Anak yang buta secara edukasional tidak bisa menggunakan penglihatan mereka untuk belajar dan harus menggunakan pendengaran dan setuhan untuk belajar. Banyak anak buta mempunyai suatu kecerdasan normal dan berprestasi secara akademik apabila mereka diberi dukungan dan bantuan belajar yang baik. Namun, multiple blind disabilities bukan hal yang aneh dalam diri anak murid yang tergolong educationally blind. Anak murid yang menderita bermacam-macam ketidakmampuan ini sering kali membutuhkan berbagai jenis bantuan untuk memenuhi pendidikan mereka. 
  • Gangguan Pendengaran: Gangguan pendengaran dapat menyulitkan proses belajar anak. Anak yang tuli secara lahir atau menderita tuli pada saat masih anak-anak biasanya lemah dalam kemampuan berbicara dan bahasanya. Biasanya anak yang mengalami gangguan pendengaran anak tersebut menempelkan telinganya ke speaker, sering minta untuk mengulangi penjelasan, tidak mengikuti perintah, sering mengeluh sakit di telinga serta merasa dingin dan juga alergi. Banyak anak yang memiliki masalah pada pendengaran mendapatkan pengajaran tambahan diluar kelas yang biasanya. Pendekatan pendidikan untuk membantu anak yang mempunyai masalah pada pendengaran terdiri dari dua kategori yaitu pendekatan oral dan pendekatan manual. Pendekatan oral antara lain menggunakan metode membaca gerak bibir, speech reading (menggunakan alat visual untuk mengajar membaca) dan sejenisnya. Pendekatan manual antara lain menggunakan bahasa isyarat dan mengeja jari (finger spelling). Bahasa isyarat adalah sistem gerakan tangan yang melambangkan kata sedangkan pengejaan jari adalah "mengeja" setiap kata dengan menandai setiap huruf dari satu kata. Pendekatan oral dan pendekatan manual dipakai bersama untuk mengajar anak murid yang mengalami gangguan pada pendengaran (Hallahann & Kauffman, 2000).
Berikut ini adalah jenis-jenis SLB:
  1. SLB A: Tuna Netra (3-7 tahun, tidak lebih dari 14 tahun)
  2. SLB B: Tuna Rungu (5-11 tahun)
  3. SLB C: Tuna Grahita (Retardasi Mental). IQ: 50-70, C1= IQ: 25-50 (Ringan)
  4. SLB D: Tuna Daksa (cacat fisik). D1= IQ<Normal
  5. SLB E: Tuna Laras (mengalami kesulitan menyesuaikan diri atau pernah melakukan kejahatan, usia 6-18 tahun).
Gangguan Fisik: Mencakup gangguan ortopedik (celebral palsy) yaitu cedera di otak dan gangguan kejang-kejang
  • Gangguan Ortopedik: Biasanya berupa keterbatasan gerak atau kurang mampu mengontrol gerak karena ada masalah pada otot, tulang dan sendi. Celebral palsy adalah lemahnya koordinasi otor, dan tubuh sangat goyah atau bicaranya tidak jelas.
  • Gangguan Kejang-kejang: Biasanya dijumpai adalah epilepsi, yaitu gangguan saraf yang biasanya ditandai dengan serangan terhadap sensorimotor.
Retardasi Mental: Kondisi dimana sebelum usia 18 tahun yang ditandai dengam rendahnya kecerdasan (IQ dibawah 70) dan sulit beradaptasi dengan kehidupan sehari-hari.

Gangguan Bicara dan Bahasa: Mencakup gangguan artikulasi, gangguan suara, gangguan kefasihan dan gangguan bahasa
  • Gangguan Artikulasi: Masalah dalam melafalkan suara secara benar.
  • Gangguan Suara: Gangguan dalam menghasilkan ucapan yaitu ucapan yang keras, kencang, terlalu tinggi atau rendah nadanya.
  • Gangguan Kefasihan: Biasany disebut gagap.
  • Gangguan Bahasa: Kerusakan signifikan dalam bahasa reseptif atau bahasa ekspresif anak.
Ketidakmampuan Belajar (learning disability): Ketidakmampuan dimana anak intelejensinya        normal atau rata-rata, kesulita dalam satu atau lebih mata pelajaran, tidak punya masalah atau gangguan lain seperti retardasi mental yang menyebabkan kesulitan.





Sekian dulu yang dapat saya sampaikan semoga bermanfaat ☺

Rabu, 21 Juni 2017

Paedagogi dan Andragogi (Resume 1)

➤ANDRAGOGI
 Andragogi adalah bentuk pembelajaran orang dewasa dan telah digunakan secara luas dalam rancangan program pelatihan organisasi, khususnya untuk dominan keterampilan lunak (soft skill), seperti pengembangan manajemen. Seni mengajar orang dewasa berlaku di semua tempat, ketika peserta didik atau warga menunjukkan tanda-tanda  kedewasaan yang lebih baik. Maka dari itu aplikasi andragogi berlaku pada ruang-ruang kursus, pelatihan, pembekalan, bimbingan khusus, bimbingan profesional, pemberantasan buta aksara, keaksaraan fungsional dan lain sebagainya. Knowles (1984) memberikan contoh penerapan prinsip-prinsip andragogi dengan desain pelatihan seperti berikut:


  1. Ada kebutuhan untuk menjelaskan mengapa hal-hal tertentu yang diajarkan.
  2. Pengajaran harus berorientasi pada tugas yang bermakna bukan menghafal. Kegiatan belajar harus berada dalam konteks tugas umum yang akan dilakukan.
  3. Pengajaran harus mempertimbangkan berbagai latar belakang yang berbeda dari peserta didik, bahan belajar dan kegiatannya harus memungkinkan berbagai tingkat atau jenis pengalaman sebelumnya.
  4. Orang dewasa cenderung mandiri, maka pengajaran harus memungkinkan pembelajar menemukan hal-hal untuk diri mereka sendiri, serta memberikan bimbingan dan bantuan ketika ada kesalahan yang diperbuat.
Berikut ini adalah asumsi-asumsi menurut Knowles bagi pembelajaran orang dewasa:
  1. Kebutuhan untuk tahu, yaitu peserta didik atau pelajar dewasa perlu mengetahui mengapa mereka harus mempelajari sesuatu sebelum melakukan untuk mempelajarinya.
  2. Konsep diri, yaitu pelajar dewasa harus bertanggung jawab atas keputusan mereka sendiri dan harus diperlakukan sebagai diri pribadi yang mampu menentukan arah dirinya.
  3. Peran pengalaman belajar, yaitu pelajar dewas memiliki berbagai pengalaman hidup yang imerupakan sumber terkaya bagi dirinya untuk belajar. Tetapi, pengalaman tersebut diilhami dengan bias dan prasangka.
  4. Kesiapan untuk belajar, yaitu peserta didik atau pelajar dewasa siap untuk belajar hal-hal yang perlu mereka ketahui agar dapat mengatasi dengan secara efektif situasi kehidupannya.
  5. Orientasi belajar, yaitu peserta didik atau pelajar dewasa termotivasi untuk belajar apabila mereka merasa bahwa materi yang dipelajari tersebut akan membantu mereka menjalankan tugas-tugas yang dihadapinya sesuai dengan situasi kehidupan mereka.

➤PAEDAGOGI
 Paedagogi adalah suatu ilmu dan seni dalam mengajar anak-anak. Dan dalam perkembangan selanjutnya istilah paedagogi berubah menjadi ilmu dan seni mengajar.

Berikut ini adalah perbedan antara andragogi dan paedagogi


ANDRAGOGI
PAEDAGOGI
  1. Pembelajar disebut “Peserta Didik” atau “Warga Belajar”
  2. Gaya belajar independen
  3. Tujuan fleksibel
  4. Menggunakan metode pelatihan aktif
  5. Pembelajar mempengaruhi waktu dan  kecepatan
  6. Keterlibatan atau kontribusi peserta sangat penting
  7. Diasumsikan bahwa peserta didik memiliki pengalaman untuk berkontribusi
  8. Belajar terpusat pada masalah kehidupan nyata
  9. Peserta dianggap sebagai sumberdaya utama untuk ide-ide dan contoh

  1. Pembelajar disebut “Siswa” atau “Anak Didik”
  2. Gaya belajar dependen
  3. Tujuan ditentukan sebelumnya
  4. Metode pelatihan pasif, seperti metode kuliah atau ceramah
  5. Guru mengontrol waktu dan kecepatan
  6. Peserta berkontribusi sedikit pengalaman
  7. Diasumsikan bahwa siswa tidak berpengalaman atau kurang informasi
  8. Belajar terpusat pada isi atau pengetahuan teoritis
  9. Guru sebagai sumber utama yang memberikan ide-ide dan contoh



  Malcon S. Knowles menyajikan secara lebuh rinci asumsi dan proses paedagogi untuk dibedakan dengan andragogi, sebagi berikut:


Asumsi Paedagogi
Asumsi Andragogi
            Konsep Diri
Ketergantungan
Peningkatan arah-diri atau kemandirian
         Pengalaman
Beharga kecil
Pelajar merupakan sumber daya yang kaya untuk belajar
         Kesiapan
Tugas perkembangan; tekanan soaial
Tugas perkembangan; peran social
         Perspektif waktu
Aplikasi ditunda
Kecepatan aplikasi
         Orientasi untuk           belajar
Berpusat pada substansi mata pelajaran
Berpusat pada masalah
         Iklim belajar
Berorientasi otoritas, resmi dan kompetitif
Mutualitas/ pemberian pertolongan, rasa hormat, kolaborasi dan informal
         Perencanaan
Oleh guru
Reksa (mutual) diagnosis diri
         Perumusan tujuan
Oleh guru
Reksa negoisasi
         Desain
Logika materi pelajaran, unit konten
Diurutkan dalam hal kesiapan unit masalah
         Kegiatan
Teknik pelayanan
Teknik pengalaman (penyelidikan)
         Evaluasi
Oleh guru
Reksa diagnosis kebutuhan dan reksa program pengukuran



Sekian dulu yang dapat saya sampaikan semoga bermanfaat ☺